Puasa adalah salah satu rukun islam yang diwajibkan bagi umat muslim. Mereka yang sudah baligh wajib menunaikan ibadah ini. Berikut ini adalah beberapa tips untuk mengatasi lemas saat puasa:
1. Selalu sahur dan usahakan makanan sahur tersebut memenuhi standar gizi yang cukup.
2. Minumlah beberapa jenis suplemen untuk tubuh, seperti susu, madu, atau minuman manis lainya.
3. Jangan langsung tidur setelah sahur, karena bisa membuat perut anda terasa nyeri ketika bangun.
4. Tidurlah secara teratur, tidak terlau lama dan tidak kurang dari 6 jam. Tidur yang terlalu lama akan membuat anda mengalami dehidrasi sehingga bisa menghambat aktivitas anda.
5. Gunakan waktu anda untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat, agar anda tidak merasa bosan.
6. Tidak berfikir terlau berat, karena berfikir membutuhkan energi.
7. Mengurangi olahraga yang menguras keringat, karena cairan dalam tubuh anda hanya terbatas.
Sementara hanya ini yang bisa saya infokan kepada pembaca, semoga bermanfaat.
Meta Leli Priliesi
Rabu, 25 Juli 2012
Kedatangan Islam ke Indonesia dan Proses penyebarannya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sejarah telah mencatat bahwa semua agama, baik agama samawi
atau agama wadl’i disiarkan dan dikembangbiakkan oleh para pembawanya yang
disebut utusan Tuhan dan oleh para pengikutnya. Mereka yakin bahwa kebenaran dari
Tuhan itu harus disampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pedoman hidup.
Para penyebar agama banyak yang menempuh jarak jauh dari
tempat tinggal dan kelahirannya sendiri demi untuk menyebarkan dan menyampaikan
ajarannya. Misalnya Nabi Ibrahim berhijrah dari daerah Babylonia menuju
Palestina,Mesir dan Mekkah. Nabi Musa pulang balik dari Mesir dan Palestina.
Nabi Isa hijrah dari Bait Lahm ke Yerussalem dan Nabi Muhammad hijrah dari
Mekkah ke Madinah. Para pemeluk agama menyebarkan lagi ke tempat tempat yang
jauh secara langsung atau secara beranting (estafet) sehingga agama – agama
sekarang telah tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Di antara agama-agama besar di dunia ini adalah Yahudi,
Nasrani, Islam, Hindu, dan Budha, tetapi yang paling luas dan banyak
pengikutnya ialah Nasrani dan Islam. Hal tersebut tentu berhubungan dengan
usaha penyiarannya oleh para pemeluknya.
Usaha penyiaran agama pasti menghadapi rintangan, hambatan,
gangguan bahkan ancaman yang berat, itulah sebabnya maka kadang-kadang penyiaran
suatu agama berjalan lancar, kadang-kadang tersendat – sendat dan mengalami
kemacetan walaupun tidak total.
Pengembangan dan penyiaran agama Islam termasuk paling
dinamis dan cepat dibandingkan dengan agama – agama lainnya. Termasuk
akselarasi dan dinamika penyebaran agama Islam di Indonesia yang akan saya
bahas dalam makalah ini.
B.
Batasan Masalah:
1. Kedatangan Islam ke Indonesia.
2. Proses penyebaran Islam di
Indonesia.
3. Islam Liberal di Indonesia.
C.
Rumusan Masalah:
1. Pada abad ke-berapa kedatangan Islam
ke Indonesia?
2. Bagaimana proses penyebaran Islam di
Indonesia?
3. Apa yang dimaksud Islam Liberal?
D.
Tujuan Penulisan:
Makalah ini disusun agar dapat :
1. Mengetahui kapan Kedatangan Islam ke
Indoneia.
2. Mengetahui proses penyebaran Islam
di Indonesia.
3. Mengetahui maksud dari Islam
Liberal.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kedatangan Islam Ke Indonesia.
Mula kedatangan
Islam di Indonesia telah cukup banyak mendapat perhatian dan telaah para
pemikir dan sejarawan dari berbagai kalangan. Berbagai pendapat dan teori yang
membincang persoalan tersebut membuktikan bahwa tema Islam memang menarik untuk
dikaji, terlebih di negeri yang dikenal mayoritas penduduknya muslim. Maka tak
berlebihan, studi mengenai latar historis dan proses perkembangan selanjutnya
dari agama ini sehingga beroleh tempat dan mampu mengikat begitu banyak
pengikut di wilayah ini– cukup punya nilai guna memahami dan memaknai lebih
dalam dinamika keberagamaan Islam dalam konteks kontemporer di Indonesia.
Letak Indonesia
yang geografis dan strategis merupakan factor utama yang menyebabkan Indonesia
dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Selain itu, Indonesia juga mempunyai tanah
yang subur yang dapat menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan
oleh bangsa-bangsa. Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir
pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar
ajaran Islam.
Mengenai peran perdagangan dan para pedagang dalam
mengislamkan Indonesia, dimana pengaruh dan penyebaran Islam sangat efektif
sekali. Hal ini disebabkan karena banyak orang yang begitu saja tertarik untuk
memeluk agama Islam sebelum mempelajari syari’at agamanya secara rinci dan
mendalam. Di tambah pula dengan sikap masyarakat pada umumnya yang tidak suka
berfikir lama dan mengadakan pembahasan yang dalam mengenai masalah aqidah,
cukup dengan melihat dan mengamati tingkah laku yang diperagakan oleh mereka
yang telah memeluk Islam, baik dalam melaksanakan ajaran aqidahnya maupun dapat
melaksanakan akhlak dan ajarannya di tengah-tengah masyarakat, mereka sudah
tertarik dan ingin memeluk Islam.
Tentang
kedatanagan Islam di Indonesia ada beberapa pendapat dari para ahli diantaranya
:
- Pendapat pertama yang
dipelopori oleh sarjana-sarjana orientalis Belanda di antaranya Snouck
Hurgronje yang berpendapat bahwa agama Islam datang ke Indonesia pada abad
ke-13 M dari Gujarat ( bukan dari Arab langsung ) dengan bukti
ditemukannya makam Sultan yang beragama Islam Pertama yakni Malik
As-Sholeh, raja pertama kerajaan Samudera Pasai yang di katakan berasal
dari Gujarat.
- Pendapat kedua di pelopori
sarjana-sarjana muslim, di antaranya Prof. Hamka yang mengadakan seminar
“sejarah masuknya Islam ke Indonesia” di Medan pada tahun 1963, Hamka dan
teman-temannya berpendapat bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad
pertama Hijriyah (kurang lebih abad ke-7 sampai abad ke-8 M) langsung dari
Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional
sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13. Jalur pelayaran ini melaui selat
Malaka yang menghubungkan dengan Dinasti Tang di Cina ( Asia Timur ).
Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayah di Asia Barat.
- Sarjana muslim
kontemporer seperti Taufiq Abdullah mengkompromikan kedua pendapat
tersebut. Menurut pendapatnya memang benar Islam sudah datang ke
Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau abad ke-8 M,
tetapi baru di anut oleh para pedagang Timur Tengah di
pelabuhan-pelabuhan. Barulah pada abad ke-13 Islam masuk secara
besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik dengan berdirinya kerajaan
Samudera Pasai. Hal ini terjadi karena akibat arus balik kehancuran
Baghdad, ibukota Abasiyyah oleh Halugu. Kehancuran Baghdag menyebabkan
pedagang muslim mengalihkan aktivitas perdagangan ke Asia Selatan, Asia
Timur dan Asia Tenggara.
Sedangkan menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya
yang berjudul “ Menemukan Sejarah” mengenai proses masuk dan berkembangnya
agama Islam di Indonesia terdapat tiga teori yaitu : teori Gujarat, teori
Mekkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut memberikan jawaban tentang
permasalahan waktu masuknya Islam ke Indonesia. Asal negara dan tentang
penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing mempunyai
kebenaran dan kelemahannya tetapiberdasarkan teori tersebut dapatlah
disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke-7
dan mengalami perkembangn pada abad ke-13 M. sebagai pemegang peranan dalam
penyebaran agama Islam adalah bangsa Arab,Persia dan Gujarat ( India ).
B. Proses Penyebaran Islam di Indonesia.
1.
Masuknya Islam ke Indonesia.
Mengenai proses masuknya Islam ke Indonesia petama
kali ialah melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir utara.
Dalam hal ini yang membawa dan memperkenalkan Islam kepada masyarakat Indonesia
adalah para saudagar-saudagar muslim baik dari Gujarat maupun dari Arab dengan
cara berdagang. Dari hubungan berdagang inilah akhirnya mereka saling mengenal
dan terjadilah hubungan yang dinamis diantara mereka. Mereka tidak semata-mata
berdagang saja tetapi mereka juga berdakwah menyebarkan agama Islam melalui
beberapa cara dan saluran yang akan di bahas pada pembahasan berikutnya.
Pada mulanya proses penyebaran agama Islam masih terbatas
pada daerah-daerah pesisir pantai, namun sejak abad ke- 15 kota-kota di dekat
pantai baik di Jawa, Sumatera maupun daerah-daerah lainnya berubah menjadi
wilayah yang berpenduduk muslim. Dari uraian di atas jelaslah bahwa masuknya
Islam ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu jalur darat dan jalur laut.
Melalui jalur darat Islam di bawa dari Mekkah melalui
Baghdad-Kabul-Kashmir, lalu singgah di Siangkiang diteruskan ke Malaka
melalui daerah pesisir. Sedangkan melalui jalur laut mula-mula Islam
disebarkan dari Jeddah menuju Aden ( sekarang Yaman ) terus ke Maskat dan
Baisut ( keduanya termasuk daerah Oman ). Dari Oman kemudian ke pantai Malabar
terus ke Kodonggalor, Qulam Nali ( Qutan ) dan Kalian, kemudian ke negeri
Cyilon dan melalui pantai koromandel ( India ) menuju Saptagrum ( dekat
Kalkuta ), menuju Chittagong ( Bangladesh ) dan Akhjab ( Birma ) kemudian dari Birma
akhirnya Islam sampai ke Nusantara melalui dua jalur yaitu :
- Melaui Malaka, Patani, kanton (
Cina Selatan ), Brunai dan akhirnya sampai di kepulauan Mindanau.
- Peurelak, Samudera Pasai, Kuta
raja, Lamuo, Barus, Padang, Banten, Jepara, gresik, ujung Pandang, ternate
dan Tidore.
2.
Saluran Islamisasi yang Berkembang Di Indonesia
Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan
dan rakyat Indonesia pada umumnya dilakukan secara damai. Berbeda dengan
penyebaran Islam di Timur Tengah yang dalam beberapa kasus disertai dengan
pendudukan wilayah oleh militer Muslim. Islam dalam batas tertentu disebarkan
oleh para pedagang, kemudian di lanjutkan oleh para guru agama ( Da’i ) dan
pengembara Sufi. Orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah pertama itu tidak
bertendensi apapun kecuali bertanggung jawab menunaikan kewajiban tanpa pamrih.
Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan
dan kelemahan yang disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana,
maka Islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang
menghendaki kekuasaan itu. Mereka behubungan dengan pedagang-pedagang muslim
yang posisi ekonominya lebih kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan.
Apabila kerajaan Islam sudah berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap
kerajaan non Islam. Hal ini bukan karena persoalan agama tetapi karena dorongan
politis untuk menguasai kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
Menurut
Uka Tjandrasasmita, saluran – saluran islamisasi yang berkembang di Indonesia
melalui enam cara, yaitu :
1.
Saluran Perdagangan.
Pada taraf permulaan, saluran islamisasi adalah melalui
perdagangan, kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M.
membuat pedagang-pedagang muslim ( Arab, persia, dan India ) turut ambil bagian
dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur benua
Asia. Saluran islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena
para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka
menjadi pemilik kapal dan saham.
2.
Saluran Perkawinan.
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status
sosial yang lebih tinggi dan baik daripada kebanyakan masyarakat pribumi,
sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan tertarik untuk
menjadi istri-istri saudagar-saudagar tersebut. Sebelum menikah mereka di
islamkan lebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan lingkungan mereka
semakin meluas dan akhirnya muncul kampung-kampung, daerah-daerah dan
kerajaan-kerajaan muslim. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan dan lebih
cepat dalam penyebaran agama Islam karena apabila terjadi perkawinan antara
anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena mereka adalah orang – orang
yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat dan kemudian turut
mempercepat proses islamisasi.
3.
Saluran Tasawuf.
Pengajar-pengajar tasawuf, atau para sufi, mengajarkan
teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Di antara mereka ada yang mengawini puteri – puteri
bangsawan setempat. Dengan tasawuf bentuk Islam yang di ajarkan kepada penduduk
pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut
agama Hindu, sehingga agama baru tersebut mudah dimengerti dan diterima. Ajaran
mistik ini masih berkembang di abad ke- 19 bahkan di abad ke-20 M ini.
4.
Saluran Pendidikan.
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren
maupun pondok yang digunakan dan diselenggarakan oleh guru-guru agama,
kiyai-kiyai dan ulama’-ulama’. Di pesantren atau pondok itu calon ulama’, guru,
dan kiyai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka
pulang ke kampung masing-masingatau berdakwah ke tempat tertentu untuk
mengajarkan agama Islam.
5.
Saluran Kesenian.
Saluran islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal
adalah pertunjukan wayang . dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh paling mahir
dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikuti mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian
besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana,
tetapidi dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan islam.
Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat islamisasi, seperti sastera (
hikayat, babad dan sebagainya ), seni bangunan dan seni ukir.
6.
Saluran Politik.
Di beberapa daerah di Indonesia kebanyakan rakyat masuk
Islam setelah penguasa atau rajanya masuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh
politik para raja dan penguasa sangat membantu tersebarnya Islam di nusantara
ini. Di samping itu kerajaan-kerajaan yang sudah memeluk agama Islam memerangi
kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis menarik
penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
3.
Masa Penyebaran Islam di Indonesia.
1.
Masa Kolonial.
Pada abad ke-17
masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara untuk
berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini.
Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir
seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara
kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja
sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong. Politik
devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu domba
antara kekuatan ulama dengan adat, contohnya perang Padri di Sumatera Barat dan
perang Diponegoro di Jawa.
Mendatangkan
Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar, seorang Guru Besar
ke-Indonesiaan di Universitas Hindia Belanda, yang juga seorang orientalis yang
pernah mempelajari Islam di Mekkah. Dia berpendapat agar pemerintahan Belanda
membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang
berbicara atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh
pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin
yang akan melakukan ibadah Haji, karena pada saat itulah terjadi pematangan
pejuangan terhadap penjajahan.
2.
Masa kemerdekaan.
Sebagian besar
ummat Islam di Indonesia berada di wilayah Indonesia bagian Barat, seperti di
pulau Sumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan untuk wilayah Timur,
penduduk Muslim banyak yang menetap di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat,
dan Maluku Utara dan enklave tertentu di Indonesia Timur seperti Kabupaten
Alor, Fakfak, Haruku, Banda, Tual dan lain-lain.
Pengadaan
transmigrasi dari Jawa dan Madura yang secara besar-besaran dilakukan oleh
pemerintahan Suharto selama tiga dekade ke wilayah Timur Indonesia telah
menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk Muslim disana. Untuk pertamakalinya,
pada tahun 1990an ummat Kristen menjadi minoritas di Maluku. Kebijakan
transmigrasi ini, yang telah melebarkan kesenjangan sosial dan ekonomi,
mengakibatkan sejumlah konflik di Maluku, Sulawesi Tengah, dan sebagian wilayah
Papua.
4.
Arsitektur .
Islam sangat
banyak berpengaruh terhadap arsitektur bangunan di Indonesia. Rumah Betawi
salah satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi oleh
corak Islam. Pada salah satu forum tanya jawab di situs Era Muslim,disebutkan
bahwa Rumah Betawi yang memiliki teras lebar, dan ada bale-bale untuk tempat
berkumpul, adalah salah satu ciri arsitektur peradaban Islam di Indonesia.
Masjid adalah
tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di Indonesia.
Menurut data Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribu[4]
masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan
berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia
sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak
392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini
antara 600-800 ribu buah.
5.
Pendidikan.
Pelajar
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan. Gambar diambil akhir Januari 2006.
Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di Indonesia.Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah Aliyah (menengah). Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam. Hampir disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta beberapa universitas Islam lainnya.
Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di Indonesia.Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah Aliyah (menengah). Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam. Hampir disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta beberapa universitas Islam lainnya.
6.
Politik.
Dengan
mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
dan peranan ummat Islam. Walau demikian, Indonesia bukanlah negara yang
berasaskan Islam, namun ada beberapa daerah yang diberikan keistimewaan untuk
menerapkan syariat Islam, seperti Nanggroe Aceh Darussalam.
Seiring dengan
reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian bertambah. Bila
sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai Persatuan
Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah partai
politik, pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan Islam,
yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang
Reformasi, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan
Bintang.
7.
Organisasi-Organisasi
Islam di Indonesia.
Di Indonesia
ada banyak sekali organisasi sosial dan keagamaan Islam. Dari sekian banyak
organisasi tersebut, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah
organisasi-organisasi yang paling besar.
1) Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam terbesar di
Indonesia dengan anggota sekitar 35 juta. NU seringkali dikategorikan sebagai
Islam traditionalis, salah satunya karena sistem pendidikan pesantrennya.
Pesantren adalah sekolah agama Islam yang dikelola oleh para kiai NU, dan
biasanya menyediakan penginapan bagi murid-muridnya. Pesantren pada umumnya
mengajarkan cara membaca dan menulis Al-Quran dalam bahasa Arab, menghapal
ayat-ayat suci Al-Quran, pelajaran agama Islam lainnya, dan juga ilmu dan
pengetahuan umum.
2)
Muhammadiyah
Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia,
dengan keanggotaannya sekitar 30 juta. Seringkali dikategorikan sebagai Islam
modernis, Muhammadiyah memiliki ribuan sekolah, universitas, dan lembaga
pendidikan tinggi serta ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia.
8.
Islam Liberal di Indonesia
Islam liberal
merupakan gerakan keagamaan yang menekankan pada pemahaman Islam yang terbuka,
toleran, inklusif, dan kontekstual. Di Indonesia, penyebaran Islam liberal
telah berlangsung sejak awal tahun 1970-an, dengan tokohnya Nurcholish Madjid
(Cak Nur). Meskipun belum dikenal sebagai Islam liberal, pemikiran-pemikiran
Cak Nur yang sering disebut sebagai pemikiran neomodernisme Islam, menjadi
dasar dari pengembangan Islam liberal dewasa ini. Sejak tahun 2001, sejumlah
aktivis dan intelektual muda Islam memulai penyebaran gagasan Islam liberal
secara lebih terorganisir. Mereka ini kemudian mendirikan Jaringan Islam
Liberal.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan :
Dari
pembahasan mengenai Kedatangan Islam ke Indonesia dan Proses penyebarannya
dapat disimpulkan bahwa :
1. Kedatangan Islam ke Indonesia
menurut beberapa pendapat:
1.
Snouck Hurgronje :
Berpendapat bahwa agama Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari
Gujarat.
2.
Prof. Hamka :
Hamka dan teman-temannya berpendapat bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada
abad pertama Hijriyah (kurang lebih abad ke-7 sampai abad ke-8 M) langsung dari
Arab.
3.
Taufik Abdullah :
Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau
abad ke-8 M.
2. Proses penyebaran Islam di
Indonesia:
1.
Islam masuk ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah,
yakni masyarakat sepanjang pesisir pantai utara.
2.
Saluran Islamisasi yang berkembang di Indonesia:
1. Saluran Perdagangan.
2. Saluran Perkawinan.
3. Saluran Tasawuf.
4. Saluran Pendidikan.
5. Saluran Kesenian.
6. Saluran Politik.
3.
Masa penyebaran Islam di Indonesia:
1. Masa Kolonial.
2. Masa Kemerdekaan.
4.
Arsitektur.
5.
Pendidikan.
6.
Politik
7.
Organisasi-organisasi Islam di Indonesia:
1. Nadlatul Ulama.
2. Muhammadiyah.
8.
Islam Liberal di Indonesia.
3. Yang dimaksud Islam Liberal di
Indonesia yaitu gerakan keagamaan di Indonesia yang menekankan pada pemahaman
Islam yang terbuka, toleran, inklusif dan kontektual.
DAFTAR
PUSTAKA
Harun,
Yahya M. Drs. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia. Kurnia Kalam Semesta.
Jakarta. 1999.
Sunarto,
Musyrifah. Sejarah peradaban Islam
Indonesia. PT. Grafindo Persada. Jakarta. 2005.
Syukur,
Fatah NC. Drs. H M.Ag. Sejarah Peradaban
Islam. Fakultas Tarbiyah, IAIN WaliSongo. Semarang. 2008. Cet I.
Yatim,
Badri. Dr. M.A. Sejarah Peradaban Islam. PT.RajaGrafindo
Persada. Jakarta. 2000. Cet X.
Zuhairini,
Dra. dan Kawan-Kawan. 2008. Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi aksara. Jakarta.
http://sejarawan.wordpress.com/2008/01/21/proses-masuknya-islam-di-indonesia-nusantara/
Morphological Text Sampling Analysis
KOMPAS.COM- Islamic Smartphone with
Compass Permanently Pointing to Mecca Launched
Islamic Smartphone with Compass Permanently
Pointing to Mecca Launched. An
Islamic smartphone has been launched with a compass pointing
permanently to Mecca and the Koran already downloaded.
Inventors of the Enmac in India
said they focused on religious technology when designing the new phone.
And the market is heaving as India
has the fastest growing mobile phone users in the
world with more than 850 million subscribers including farmers and rickshaw drivers. Anuj Kanish, who has launched the
Enmac in India,
told The Telegraph: 'India has around
180 million Muslims and the penetration of
mobile phone in that community is less.
‘But
when a compelling product or service is available, it has a potential to increase the number of users. So far, we have had a tremendous response for the product.’
He added: 'Religion has a very
important place in Indian society,
so has the
mobile phone.
Our
aim was to bring
a device which caters to both
the sections, the
product is a combination
of both technology and religion, the first of
its kind in
India. 'The
Enmac translates the Koran from
Arabic into 29
languages, and includes the Hadith sayings of
the Prophet Mohammed, and a guide
for Indian Muslims on how to perform
the Hajj rituals in
Mecca and
Medina. Mr Kanish said his
company had focused on 'religious technology' to
help customers with busy
lives 'remain connected
with God.'
Keterangan:
Lexical morpheme: Fuctional morpheme:
Red:
noun Brown: Articles
Green:
adjective Orange:
demonstratives
Blue:
preposition Pink: Pronouns
Yellow:
Verb Green: Conjunction
Purple:
adverb
CHAPTER I
INTRODUCTION
As
we know, morphology has pivotal role in the field of linguistic. It has fundamental role which is
chained with the other branches of
linguistic, but what is morphology itself? In brief morphology is the study of internal structure
of word (Katamba, 1994). Furthermore, there are some linguists that defined
morphology with different definition, but actually it has same meaning. The
example is the definition of Wardhaugh (1977), he defined morphology as the
study of morpheme and their combination in words. On the other hand,
Crystal(1992) identified morphology as the study of morphemes, their variation, and their
combination in words. Thus, we can conclude that morphology is the branch of
linguistic (scientific study of language) that study about internal structure
of word, that concern in morphemes, their combination, and their variation ; or
how word can be constructed and built.
On
the other hand, morphology had built its own part in the history of linguistic
field. Early in the nineteenth century, morphology played pivotal role in
reconstruction Indo-European. Later, morphology got the second wind when the
Darwin’s theory, the theory of evolution, spread in western morphology also got
the impact. Morphology was viewed as a means to reconstruct the origin of human
language. By the time, the development of morphology reached the modern era of
human civilization. Instead it is gone, morphology still exist and gives it
role in linguistic. Its development has not found its end. Factually, this
discipline, agree or nor, becomes a gate to learn more about language itself.
After
we have known the definition and the development of morphology, we can have a
conclusion that morphology
is an important means to learn language more. It is not only a discipline that
stug and does not develop, it is a kind of scientific study that has grown day
by day. Thus, it is important for us to learn more about morphology. By
extension, the term ‘morphology’ is used not only for the study of the shapes
of words but also for the collction of units which are used in chaging the
forms of words. Morphology is also used for the sequence of rules which are
postulated by the linguist to sccount for to changes in the shapes of words.
In this paper, I will research the
morphological phenomena on a news from electronic newspaper.
CHAPTER II
DISCUSSION
I.
MORPHEME
Morpheme
is the smallest difference in the shape of a word that correlates with the
smallest difference in word or sentence meaning or in grammatical structure.
(Katamba, 1994)
Morphemes
can be divided into two general- classes. Every morpheme can be slassified as
either free and bound.
a. Free
morphemes, that is morpheme which can stand by themselves as single morpheme.
George Yule(1985:60) menyatakan bahwa morfem bebas adalah
morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata.
There are kind of free morpheme:
a. Noun
b. Adjective
c. Preposition
d. Adverb
Table of free morpheme on the text:
1.
Lexical morpheme:
Lexical morpheme:
|
Paragraph 1
|
Paragraph
2
|
Paragraph
3
|
Paragraph
4
|
Noun
|
The
first sentence: Compass,
The
second sentence: compass, Koran.
|
The
first sentence: Enmac, technology, new, phone.
The
second sentence: more, mobile phone, market, rickshaw.
The
third sentence: Anuj
Kanish, Enmac, Telegraph, India, penetration, mobile phone, community.
|
The first sentence:
product, available,
potential.
The
second sentence: tremendous,
response, product.
The
third sentence: increase, Religion, society, place, mobile phone.
|
The first
sentence: aim, first, device, kind,
product, combination, technology, religion.
The second
sentence: Enmac, Koran,
Arabic, language, Hadith, Prophet, Mohammed, guide, Hajj.
The tird
sentence: Mr. Kasnish, company, technology, remain.
|
Adjective
|
The
first sentence: -
The second sentence: -
|
The
first sentence: -
The
second sentence: -
The
thirth sentence: less.
|
The
first sentence: -
The
second sentence: far.
The
thirth sentence: important.
|
The first
sentence: both.
The second
sentence:-
The third
sentence: busy.
|
Preposition
|
The first
sentence: with, to.
The second
sentence: with, to.
|
The
first sentence:
of, in,
on.
The
second sentence: in, with.
The
thirth sentence: in, of, in,
|
The
first sentence: to, of.
The
second sentence: for.
The
thirth sentence: in.
|
The
first sentence: to, to, of, of,
in.
The
second sentence: from, into, of, for, on, to.
The
third sentence: on, to, with, with.
|
Verb
|
The
first sentence: -
The
second sentence: -
|
The
first sentence: -
The
second sentence: -
The
third sentence: -
|
The
first sentence: service.
The
second sentence: so, have.
The
third sentenece: so.
|
The first sentence:
bring.
The second sentence:
perform.
The third sentence:
help.
|
Adverb
|
The
first sentence: Mecca
The
second sentence: Mecca
|
The
first sentence: India.
The
second sentence: world, India.
The
third sentence: India, around.
|
The
first sentence: -
The
second sentence: -
The
thirth sentence: -
|
The first
sentence: India.
The second
sentence: Mecca, Medina.
|
2.
Functional
morpheme:
Functional morpheme:
|
Paragraph 1
|
Paragraph 2
|
Paragraph 3
|
Paragraph 4
|
Articles
|
The
first sentence: -
The second sentence: An, a, the.
|
The first sentence: the, the.
The second sentence: the,
the, the.
The third sentence: the, the.
|
The
first sentence: a, a.
The
second sentence: a, the.
The
thirth sentence: a, the.
|
The first
sentence: a, the,
the, a, the.
The second
sentence: The, the, the, the, a, the,
The third
sentence: -
|
Demonstratives
|
The
first sentence: -
The
second sentence: -
|
The
first sentence: -
The
second sentence: -
The
thirth sentence: that.
|
The
first sentence: -
The
second sentence: -
The
thirth sentence: -
|
The first
sentence: -
The second
sentence: -
|
Pronouns
|
The first sentence: -
The second sentence: -
|
The first sentence: they.
The second sentence: -
The third sentence: who.
|
The third sentence: he.
|
The first
sentence: our,
which, its.
|
Conjunctions
|
The first sentence: -
The second sentence: and.
|
The first sentence: when.
The second sentence: and, than, and.
The third: and.
|
The
first sentence: But, when, or.
The
second sentence: -
The
thirth sentence: -
|
The first
sentence: and, The second sentence: and, and, and.
|
b.
Bound morpheme:
According
to wikepedia, In morphology,
a bound morpheme is a morpheme
that only appears as part of a larger word; a free or unbound
morpheme is one that can stand alone.
That is those which can not normally, stand alone, but
which are typically attached to another from, e.g, re, -ist, -ad, and –s.
a.
Derivational
morpheme, when combind with a root, change either the semnatic meaning or part
of speech of the affected word.
b.
Inflectional
morpheme, modify a verb tense or noun’s number without affecting the words
meaning or class.
Finding :
Bound Morphemes:
|
On the text:
|
Derivatinal morphemes
|
1. Islamic: Islam+ ic
Adj: Noun+
suffiex (ic)
1. Permanently:
Permanent+ ly
Adj: Noun+ suffiex (ly)
2. Religious:
religion+ us
Adj: Noun+ suffiex
3.
Focused:
focus + ed
Adverb: noun +
suffiex(ed)
4.
Designing:
design + ing
Verb: noun +
suffiex(ing)
5.
Compelling:
compel +ing
Adj: adverb +
suffiex(ing)
|
Infceltional
morphemes
|
Pointing, launched, downloaded, inventors,
said, heaving, fastest, growing, users, subscribers, including, farmers,
drivers, told, muslims, added, caters, sections, translates, languages,
includes, sayings, Indian, muslims, rituals, said, religious, customers,
lives, connected.
|
II.
AFFIXATION
According
to wikepedia, Affixation is, thus, the linguistic process speakers use to form
different words by adding morphemes (affixes) at the beginning (prefixation),
the middle (infixation) or the end (suffixation) of words.
Kinds
of affixes:
1. Prefixes,
a prefixes is an affix attached before a root or base.
2. Suffixes, is an affix attached after a root or stem or
base.
Finding, I can find a lot of words that include suffixes:
Islamic. Permanently, Religious, Arabic, Indian, Pointing, launched,
already, downloaded, inventors, said, focused, religious, designing, heaving,
fastest, growing, users, subscribers, including, farmers, drivers, told,
muslims, compelling, added, Indian, caters, sections, translates, Arabic,
languages, includes, sayings, Indian, muslims, rituals, said, religious,
customers, lives, connected.
III.
PHONOLOGICAL CONDITIONING
According to wikipedia, Phonological
conditioning is a certain form of conditioning, where the choice of allomorphs
is sensitive to the phonological context and can be predicted from it (e.g.
regular plural suffix in English).
Normally, the plural morpheme is realized by a phonologicallly conditioned
allomorph whose distribution is stated in explanation below.
a.
Select allomorph /-iz/ if a noun
ends in an alveolar or alveo-palatal sibilant (i.e.a consonant with a sharp,
hissing sound such as /s z ƒ з tƒ dз/
Finding:
Translates /trænsleitiz/
Languages /læŋgwıdзjiz/
Includes /in’klu:diz/
Lives /liviz/
b.
Select allomorph /-z/ elsewhere
(i.e if the noun ends in a voiced non- strident segment; this includes all
vowels and consonants /b d g m n l r w j/)
Finding:
Inventors /in’ventÉ™rz/
Users /yuwzərz/
Subscribers /sÉ™b’skraibÉ™rz/
Farmers /farmərz/
Drivers /draivərz/
Caters /keitərz/
Customers /kΛstəmərz/
Sayings /seingz/
Muslims /mΛsləmz/
Sections /seksyənz/
Rituals /ricuəlz/
IV.
GRAMATICAL CONDITIONING
According to wardhaugh, the choice of allomorph may be grammatically
conditioned, i.e. it may be dependent on the presence of a particular grammatical
element. A special allomorph may be required in a given grammatical context
although there might not be any good phonological reason for its selection.
Finding:
Pointing, from
point /pɔintin/ to pointing /pɔinting/
Launched, from
launch /lÉ”:ntÆ’/ to launched /lÉ”:ntÆ’t/
Downloaded from
download /daÊŠn’ləʊd/ to downloaded / daÊŠn’ləʊdet/
Said from
say /seɪ/ to said /sed/
Focused from
focus /fəʊkəs/ to focused /fəʊkəst/
Designing from
design /di’zain/ to designing /di’zaining/
Heaving from
heave /hiev/ to heaving /hieving/
Growing from
grow /grəʊ/ to growing /grəʊ/
Including from
include /in’klu:d/ to including /in’klu:d/
Told from
tell /tel/ to told /towld/
Compelling from
compel /kÉ™m’pÉ™l/ to compelling /kÉ™m’pÉ™l/
Connected from
connect /kənekt/ to connected /kənektet/
V. LEXICAL CONDITIONING
A rule of suppletion or lexical conditioning only applies if a form is
expressly marked as being subject to it.
VI. WORD FORMATION
In linguistics, word formation is the creation of a new word. Word formation
is sometimes contrased with semantic change, which is a change in a change in a
single word’s meaning.
Word formation consist of coinages, borrowing and compounding:
a.
Coinages
Coinages is the word formation process in which a new word is created either
deliberately or accidentally without using the other word formation processess
and often from seeningly nothing.
b.
Borrowing
Borrowing is the word formation process in which a word one language is
borrowed directly into another language.
c.
Compounding
Compounding is the word formation process in which two or more lexemes
combine into a single new word.
Finding:
1.
Subscribers: Sub + scribers
(scribe + s)
Noun + noun
Kapal selam + ahli menulis (jamak)
Subcribers can be the other meaning, that is ‘langganan’.
2.
Increase: in + crease
preposition + noun
Dalam + lipatan
Increase can be the other meaning, that is ‘pertambahan’
VII.
BACK FORMATION
A very specialized type of reduction process is known as back formation.
VIII. CONVERSION
In linguistics, conversion also called zero derivation, is a kind of word
formation; specifically, it is the creation of a word from an existing word
without any change in form.
IX.
MULTIPLE PROCESS
According to Yule(1990), multiple processes is word-formation processes in
isolation, it is possible to trace the operation of more than one process at
work in the creation of a particular word.
Finding:
No.
|
Word on the
text
|
First prosses
|
Second
prosses
|
1.
|
Sibscribers
|
Compounding
|
Affixation
(suffiex)
|
Sub (kapal selam) + scribers (ahli menulis)
|
Subcriber + s
|
||
Noun + noun
|
Noun + suffiex
|
X. ACRONYMS
According to Yule, acronym are new words formed from the initial letters of
a set of other words.
Finding: -
XI.
BLENDING
Blending is the combining of two separate forms to producea a single new
term is also present in the prosses.
Fnding: -
XII.
CLIPPING
The element of reduction which is noticable in blending is even more
apparent in the prosses described as clipping.
Clipping mainly consist of the following types:
1.
Back clipping
2.
Force clipping
Force- clipping or apharesis retains the final part.
3.
Middle clipping
4.
Complex clipping
Finding:
Force clipping:
Phone (telephone)
Com (comercial)
XIII. WORD CLASS
a.
Verb
A verb, from the Latin verbum meaning word, is a word
(part of speech) that in syntax conveys an action, or stage of being.
Verb can be classified into:
a.
Transitive verb
Transitive verb is verb which need and object or
complement in a sentence.
b.
Intransitive verb
Intransitive verb is verb which does not need the
existence of objects or complement.
Finding:
a.
Tarnsitive verb
Pointing, downloaded, said, heaving, told, heaving,
compelling, increase, bring, translates,
b.
Intransitive verb
Launched, focused, added
Pointing, Launched, downloaded, said, focused, heaving, told, compelling, increase, added, bring, translates, sayings, perform, help, connected.
b.
Noun
In english, noun may be defined as those words which can
occur with articles and atributive adjectives and can function as the head of a
noun phrase.
Noun
can be devided into concrete noun abstract noun and concrete noun:
a. Abstract
noun:
Abstract
noun is an invisible noun, it can not be identified by human senses.
b. Concrete
noun:
Concrete
noun is a visible noun, it means the noun that can be identified by human
senses.
Finding:
a. Abstract
noun
Religious, penetration, service,
available, potential, tremendous, response, aim, device, first, kind, Religion,
God.
b. Concrete
noun
Smartphone Compass Koran Enmac
technology phone market mobile phone Anuj Kanish, Telegraph community product
Arabic languages, Hadith Prophet Mohammed guide Hajj company customers remain Muslims.
c.
Adverb
Adverb
is one of the parts of speech which has role to complete verb in sentence.
Kinds
of adverb:
a.
Adverb of time
Adverb
of time is adverb which is used to show the existence of time in a sentence.
b.
Adverb of place
Adverb
of place show the condition of place in a sentence.
c.
Adverb of manner
Advebs
of manner are often formed by adding –ly to adjective.
Finding:
a.
Adverb of time: -
b.
Adverb of place: in
Mecca, in Medina, in India
c.
Adverb of manner:
permanently
d.
Preposition
Preposition
allow to us about the way in which two parts of a sentence are related to each
other.
Finding:
With,
to, of, on, in, for.
e.
Adjective
Adjective
is a describing wordsl the main syntactic role of which is to quality a noun or
noun phrase, giving more information about the object signified.
Finding:
Less,
far, important, both, busy
f.
Pronoun
Pronouns
are usually treated as special sub-class of nouns.
Pronoun
can be classified into there main pattern, they are:
a. Personal
pronoun
Personal
pronoun has two cases, subjective and objective case
b. Possessive
pronoun
Possessive
pronoun is used to show possessive case. It also has two cases:
As
the adjective
As
the pronoun
Finding:
a. Personal
pronoun : He, We
b. Possessive
pronoun :
As
the adjective : Our
As
the pronoun : His
g.
Conjunction
Conjunction
it would be very unusual for anyone to either speak or write completely in
simple sentences: instead we tend to users mixture of simple, compound and
complex sentence.
Finding:
And,
when, but, or.
h.
Determiner
The
determiner class is one of the structure classes that sirradle the line between
a word class and a function.
i.
Qualifier
Qualifier
in English though some of these words have other functions as well.
Finding:
More,
kind in, very.
j.
Interjection
Interjection
is a word used to express an emotion or sentiment on the part of the speaker
(although most interjections have clear definitions).
Finding:
-
CHAPTER
III
CONCLUSION
- Conclussuion
From those
discussions above, we can conclude that morphology has an important role in
modern linguistic field. Morphology itself is the study of word structure,
while here are the more conclusions:
- Morpheme
is the minimal element or the smallest unit of grammatical function which
words are made of and it also has a meaning.
- Word
is a single unit of language that carries an idea, though abstract or
concrete.
- Affixation is a
morphological process by adding an affix or affixes to a morpheme or
morphemes.
- An allomorph is
a variant of a morpheme which occur certain definable environment
- .Word formation is a process to create a new word.
- The
Benefit of the Paper
In this paper we
can see that learning morphology is not something horrible, because we can
learn more about morphology in many
ways. Include, look for the simple text.
Langganan:
Postingan (Atom)