Rabu, 25 Juli 2012

Laporan hasil observasi dan wawancara di TKIT Mutiara Hati

BAB I PENDAHULUAN 1) Latar belakang masalah • Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri , kepribadian , kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. • Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal. • Pendidik adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. • Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 2) Rumusan masalah a. Bagaimana program kegiatan belajar mengajar di TKIT Mutiara Hati Ceper? b. Apa visi dan misi dari TKIT Mutiara Hati Ceper? c. Apa tujuan pendidikan Islam Terpadu di Taman Kanak-kanak? 3) Batasan masalah a. Program kegiatan belajar mengajar di TKIT Mutiara Hati Ceper. b. Visi dan misi dari TKIT Mutiara Hati Ceper. c. Tujuan pendidikan Islam Terpadu di Taman Kanak-kanak. 4) Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui program kegiatan belajar mengajar di TKIT Mutiara Hati Ceper. b. Untuk mengetahui visi dan misi dari TKIT Mutiara Hati Ceper. c. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam Terpadu di Taman Kanak-kanak. 5) Manfaat Penelitian a. Untuk diri sendiri/ guru (ustadzah/ustad), dapat memberikan informasi tentang pendidikan TK Islam Terpadu kepada masyarakat umum. b. Untuk sekolah, dapat berkembang karena adanya peningkatan/ kemajuan pada diri pendidik dan pendidikan di sekolah. BAB 2 LANDASAN TEORI I. Kajian Teori Pada sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap (Depdiknas, 2007 : 17-18 ). Salah satu faktor penting yang ikut menentukan tercapai-tidaknya tujuan sekolah adalah pengelolaan sekolah yang bersangkutan, berupa penerapan sejumlah prinsip dasar organisasi yang meliputi: penentuan visi, misi, dan tujuan sekolah, penentuan struktur organisasi atau pola kerjasama, pembagian kerja, koordinasi, kelancaran komunikasi, proses pengambilan keputusan, dan penjaminan kelangsungan hidup organisasi. Kepala sekolah adalah pelaksana suatu tugas yang sarat dengan harapan dan pembaharuan. Kemasan cita-cita mulia pendidikan kita secara tidak langsung diserahkan kepada kepala sekolah. Optimisme orang tua yang terkondisikan pada kepercayaan menyekolahkan putera-puterinya pada sekolah tertentu tidak lain berupa fenomen menggantungkan cita-citanya pada kepala sekolah. Peserta didik dapat belajar dan membelajarkan dirinya hanya karena fasilitasi kepala sekolah. Seonggokan aturan dan kurikulum yang selanjutnya direalisasiakan oleh para pendidik sudah pasti atas koordinasi dan otokrasi dari kepala sekolah. Singkatnya, kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan (Xaviery, 2004. ”Benarkah Wajah Sekolah Ada pada Kepala Sekolah”. www.diknas.go.id ). Manusia memiliki beberapa aspek karakteristik, diantaranya yaitu: 1. Aspek Kreasi 2. Aspek ilmu 3. Aspek kehendak 4. Pengarahan akhlak Fungsi dan peranan manusia: 1. Belajar. 2. Mengajarkan ilmu bukan hanya yang dikarang manusia saja tetapi ilmu juga ilmu Allah. 3. Membudayakan ilmu. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik turun), berlaku adil dan ikhsan, dengan berpedoman ajaran Allah, seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral, dan kemungkaran yang mengancam diri dan keluarganya, senantiasa tunduk terhadap ajaran allah dan sunah rosul. II. Kajian Hasil Penelitian Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersumber dari konsep Ketuhanan [Teosentris], artinya pendidikan Islam harus berkembang dan dikembangkan berdasarkan teologi tersebut. Konsep kemanusiaan, artinya dengan konsep ini dapat dikembangnya antropologi dan sosiologi pendidikan Islam, dan konsep alam dapat dikembangkannya konsep pendidikan kosmologi dan ketiga konsep ini harus dikembangkan seimbang dan integratif. Kedua, pendidikan yang humanistik, merupakan model pendidikan yang berorientasi dan memandang manusia sebagai manusia [humanisasi], yakni makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrahnya. Maka manusia sebagai makhluk hidup, ia harus mampu melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya. Maka posisi pendidikan dapat membangun proses humanisasi, artinya menghargai hak-hak asasimanusia, seperti hak untuk berlaku dan diperlakukan dengan adil, hak untuk menyuarakan kebenaran, hak untuk berbuat kasih sayang, dan lain sebagainya. Pendidikan humanistik, diharapkan dapat mengembalikan peran dan fungsi manusia yaitu mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai sebaik-baik makhluk. Maka, manusia “yang manusiawi” yang dihasilkan oleh pendidikan yang humanistik diharapkan dapat mengembangkan dan membentuk manusia berpikir, berasa dan berkemauan dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang dapat mengganti sifat individualistik, egoistik, egosentrik dengan sifat kasih sayang kepada sesama manusia, sifat menghormati dan dihormati, sifat ingin memberi dan menerima,sifat saling menolong, sifat ingin mencari kesamaan, sifat menghargai hak-hak asasimanusia, sifat menghargai perbedaan dan sebagainya. Ketiga, penddidikan pragmatik adalah pendidikan yang memandang manusia sebagai makhluk hidup yang selalu membutuhkan sesuatu untuk melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya baik bersifat jasmani maupun rohani,seperti berpikir, merasa, aktualisasi diri, keadilan, dan kebutuhan spritual ilahiyah. III. Kerangka Berfikir Sejak digulirkan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerahb yang berlaku 1 Januari 2001, wacana desentralisasi pemerintahan ramai dikaji. Pendidikan termasuk bidang yang didesentralisasikan ke pemerintah kota/kabupaten. Melalui desentralisasi pendidikan diharapkan permasalahan pokok pendidikan yaitu masalah mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi dan manajemen, dapat terpecahkan. Cukupkah desentralisasi pendidikan pada tingkat pemerintah kota/kabupaten? Pengalaman berbagai negara menunjukkan bahwa desentralisasi pendidikan tidak cukup hanya pada tingkat kota/kabupaten. Desentralisasi pendidikan untuk mencapai otonomi pendidikan yang sesungguhnya harus sampai pada tingkat sekolah secara individual. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas, efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan (Depdiknas, 2007 : 16). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah TKIT Mutiara hati Ceper. B. Data dan Sumber Data Data dan Sumber data merupakan tempat ditemukannya data yang diteliti. Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data tertulis dari wawancara Kepala Sekolah dan Guru (Ustadzah) TKIT Mutiara Hati Ceper. C. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian : Selasa 19, Juli 2011. Tempat penelitian : TKIT Mutiara Hati Ceper. BAB IV PEMBAHASAN I. Program Kegiatan Belajar Mengajar Anak-anak di TKIT Mutiara Hati Ceper selalu diajarkan bagaimana menjadi pimpinan yang baik. Ibu guru(ustadzah) mengembangkan sifat kepemimpinan mereka dengan membiasakan anak didik untuk salah satu bergiliran memimpin berdoa sebelum dan sesudah belajar, memimpin baris sebelum memasuki ruangan kelas, melatih keberanian mereka untuk maju bercerita/menghafal surat-surat pendek didepan kelas. Dalam hal kegiatan ini berarti ibu guru(ustadzah) telah melakukan alat pendidikan berupa kecakapan berbuat. Alat ini disebut dengan alat untuk pembiasaan. Agar menjadi pimpinan yang baik, guru juga selalu bercerita hal-hal yang baik sehingga memberikan motivasi dalam diri si anak untuk selalu berbuat baik. Dengan guru bercerita anak dapat membedakan manusia yang baik dan mana yang buruk, sehingga dapat tercipta suatu pengabdian terhadap Allah SWT sesui dengan pengertiaan manusia sebagai mahluk Allah. Manusia sebagai makhluk pribadi, dibedakan menjadi 3 yaitu tanggung jawab terhadap perkataannya, perbuatannya dan Tanggung jawab atas apa yang telah mereka setujui. Tanggung jawab terhadap perkataan adalah bagaimana cara anak didik dalam berbicara terhadap guru(ustadzah) maupun sesama teman, dalam hal ini, menurut observasi kami di TKIT Mutiara Hati Ceper, cara berbicara anak anak TK kurang baik, banyak anak TK yang berbicara ngoko (dalam bahasa jawa) terhadap guru(ustadzah). Setelah kami observasi lebih lanjut, ternyata kebiasaan anak yang berbicara kasar itu dikarenakan faktor keluarga yang mendidik anak dengan cara yang kurang benar. Guru-guru di TKIT Mutiara Hati Ceper berusaha semaksimal mungkin untuk berbicara baik terhadap anak sesuai dengan tugas seorang guru yaitu mendorong dinamika dalam pergaulan kearah positif. Tetapi suatu kebiasaan hanya dapat berubah dengan perubahan yang kontiniu dan juga perubahan dari kebiasaan keluarga untuk memulai mengajarkan terhadap anak berbicara lebih halus. Tanggung jawab terhadap perbuatan anak-anak TKIT Mutiara Hati Ceper kurang, banyak dari mereka tidak mengakui kesalahannya sendiri, ini disebabkan oleh faktor dari pribadi anak yang takut untuk mengakui kesalahannya. Selain dari faktor pribadi, faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor keluarga, kadang orang tua tanpa sadar telah mengajarkan sifat bohong terhadap anak didik sehingga anak didik meniru perbuatan tersebut. Ini termasuk dalam permasalahan anak didik menurut pengertian sifat dan kemampuan anak didik. Sudah menjadi suatu tugas guru untuk mendidik anak menjadi lebih baik. Ketika ada siswa yang nakal, guru harus menasehati anak tersebut agar tindakannya tidak berkelanjutan. dengan demikian guru telah menggunakan alat pendidikan represif yaitu alat pendidikan yang bertujuan untuk menyadarkan anak bahwa perbuatannya salah dan mau kembali kejalan yang benar. Misalnya apabila anak memilih untuk mewarnai, maka anak harus menyelesaikan tugas mewarnai yang ibu guru berikan, biasanya tanggung jawab anak atas apa yang mereka setujui mereka lakukan dengan baik. Dengan situasi pendekatan persusif seperti ini, akan memancing anak anak didik untuk keluar dari tata kehidupan yang selama ini kurang berkarya, berinisiatif, kreatif dan dinamis. Dan apabila ada anak yang malas dan tidak menyelesaikan tugas yang ibu guru berikan biasanya ibu guru akan memberikan hukuman ringan terhadap anak tersebut. Dalam hal ini guru telah menggunakan alat pendidikan yang berupa alat pendidikan represif yang berupa hukuman. Perkembangan potensi fisik dan psikis anak didik cukup baik, mereka selalu menurut apa yang diperintahkan oleh guru, ketika ada anak yang kesulitan mengerjakan tugas, guru selalu berusaha mengajarkan kepada anak sampai anak menjadi bisa mengerjakannya, yang demikian adalah sesuai dengan tanggung jawab guru untuk mendidik anak atau memberikan pengetahuan terhadap anak agar menjadi pribadi yang cerdas dan kreatif. Pendidik TKIT Mutiara Hati Ceper menggunakan metode bercerita, tanya jawab, praktek langsung dan pemberian tugas. Hal ini sesuai dengan unsure pendidikan yaitu didalam suatu bimbingan diperlukan sutu metode. Guru selalu menggunakan pendekatan persuasive, memancing anak untuk berkreativ , berani dan cerdas. Guru TKIT Mutiara Hati Ceper selalu menggunakan kode etik guru ketika mereka sedang melakukan kegiatan belajar dan mengajar. Sebagai seorang guru kita harus menggali atau mencari tahu apa bakat si anak. Demikian sesuai dengan kesimpulan landasan filosofis bahwa setiap manusia terlahir sebagai makhluk yang khas dengan fitrahnya yang kelak akan menjadi agen pembangunan yang berharkat dan bermartabat. II. Visi dan misi Visi: Terwujudnya generasi Rabbani yang unggul dalam Iman dan Taqwa (IMTAQ) dan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sosial (IPTEKSOS). Misi: 1. Menanamkan aqidah yang benar. 2. Mengajarkan cara beribadah yang benar. 3. Menanamkan akhlaqul karimah. 4. Mengenalkan penguasaan IPTEK sejak dini. 5. Menanamkan rasa peduli dan empati. 6. Membangun kemandirian sejak dini. III. Tujuan pendidikan Islam Terpadu di Taman Kanak-kanak. • Mendekatkan anak kepada Al Qur'an. • Menciptakan kondisi bermain yang edukatif, kondusif dan konstruktif. • Membiasakan anak dengan belajar dan bermain secara Islami. Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan islam ini. Member motivasi agar manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir hayat, dalam rangka merealisasikan tujuan yang telah disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 dapat diaplikasikan secara kontiniu… BAB V PENUTUP I. Kesimpulan Dari tingkah laku anak didik di TKIT Mutiara Hati Ceper dapat dikualifikasikan kepribadian anak didik tersebut sebagai berikut: KUALIFIKASI KOMPONEN 1 2 3 4 5 6 7 8 CIPTA + - + + - - + - RASA + + - + - + - - KARSA + + + - + - - - RELIGIUSITAS + + - - - - - - KEPRIBADIAN UTUH B J M BJ BM JM BJM Keterangan: B (bodoh), walau baik dan rajin; J (Jahat),walau pandai dan rajin; M (Malas), walau pandai dan baik; BJ (Bodah dan jahat); BM (Bodoh dan malas); JM (Jahat dan malas); BJM (Bodoh,jahat dan malas). Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa anak didik TKIT Mutiara Hati Ceper memiliki kepribadian yang UTUH. Mereka memiliki sifat positif baik daya cipta, daya rasa, daya karsa dan religiusitas. II. Saran Kepada Kepala Sekolah: 1. Kepala sekolah TKIT Mutiara Hati Ceper sudah cukup baik, alangkah baiknya apabila fasilitas-fasilitas sekolahan ditambah dan merubah penataan tata ruang yang ada, sehingga sekolah bisa lebih rapi dan tidak terkesan sempit. 2. Diperlukan pengadaan pengembangan kualitas guru. Kepada guru-guru (ustadzah): Guru-Guru TK AISIYAH Sudah cukup sopan, baik dan ramah. Tetapi diperlukan suatu pemikiran kreatifitas yang lebih, agar anak anak dapat lebih berkembang dengan baik. RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama : Meta Leli Priliesi Jenis kelamin : Perempuan Tempat, tanggal lahir : Klaten, 09 April 1992 Alamat : Ngentak, Kujon, Ceper, Klaten. Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : Mahasiswa (Institut Agama Islam Negeri Surakarta). No. Handphone : - Email : metalelipriliesi@yahoo.co.id DOKUMENTASI DAFTAR PUSTAKA  (Depdiknas, 2007 : 17-18 )  (Xaviery, 2004. ”Benarkah Wajah Sekolah Ada pada Kepala Sekolah”. www.diknas.go.id ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar